PUISI-PUISI - MERENDA HARI DENGAN KATA

Jalan Hidup

Aku telah memberinya 2 pilihan dan aku lupa jika hidup banyak dengan pilihan.

Iapun memilih jalannya sendiri, dan lebih memilih meninggalkanku.

CINTA
Hanya satu alasan mengapa aku masih di sini.

Dia tak punya apapun kecuali aku.

Separuh Rindu

Aku menghentikan langkahmu untuk sekedar menyapamu.

Siapa tahu dari matamu aku bisa melihat sisa cinta di hatimu. 

Sebab aku tak bisa membaca pikiranmu. 

Yang kutahu matamu tak mungkin mendustaiku.

Cahaya Hidup

Aku mendapatinya tengah menangis di kursi tuanya.

Ia menyesali  mengapa bulan meninggalkan matahari di kala ufuk menjelma. Bukankah itu awal dari hari yang membuat bumi terbangun?

Tapi bulan tetap menatapnya,  "kami harus berganti jaga, agar anak anak dunia punya lentera meski dalam kegelapan takdirnya."

Dunia Abu-abu

Dia sudah kehilangan hidupnya sejak pertama kali benih janinnya tumbuh di rahim ibunya.
Itu sebabnya dia tak pernah berterima kasih pada orang tuanya.
Dikiranya dia lahir dengan sendirinya.

Jiwa Kerdil
Aku sudah susah payah datang, tetapi sambutanmu sungguh hangat sekali. Mengabaikan lelahku yang terasa sampai ke ulu hati. 
Begitukah sebenarnya cara sikapmu belajar mendapat simpati?

Kosong

Aku baru melihat seperempat bagian saja.

Tapi aku sudah yakin hasil akhirnya.

Tetapi temanku berkata, "Aku sudah melihat seluruhnya, tapi aku tetap tak tahu apa isinya, sebab semua bocor termakan dinding lapuknya."

Kembali

Aku tak bisa.

Berjuta sekalipun engkau meminta, aku tetap katakan tak bisa.

Mengapa seumur hidupmu kau hanya melampiaskan kesalahanmu padaku?

Dosa itu kau yang melakukan, tapi mengapa semua harus aku yang menanggungnya.

Dendam

Kasih sayang apa sebenarnya yang kau punya?

Mengapa semua mesti menurutimu?

Kau bukan penguasa di setiap hati orang, meski kau pernah membuatnya ada.

Sebenarnya akulah yang sepantasnya menyalahkanmu.

Monoton

Dari hari aku mengenalnya sampai hari di mana aku hampir mati, yang aku tahu ia selalu bicara soal soal yang itu itu saja 

Jika ada hal yang bisa membuatnya diam barangkali hanya getah damar dan perekat nangka.

Orang Orang Beringas

Kami seperti anjing dan kucing

Tak pernah bisa berdamai

Kebenciannya padaku sudah sampai ke puncak kepala.

Dari memaki sampai menelanjangi kekuranganku, semua sudah dia lakukan

Mungkin sebentar lagi ia bisa mencekikku sampai mati

Begitu mudahnya dia menguliti jiwaku

Sangat tidak kuyakini, hal hina begitu dimiliki manuasia, sehebat dirinya

Akupun pergi menjauhinya

Barangkali bara api di dadanya bisa berubah menjadi embun di pagi harinya