Selasa, 26 Maret 2013

Kekerasan pada Anak yang Dilakukan oleh Teman Sekelasnya


Banyaknya Kekerasan di Sekitar Kita

     Akhir akhir ini miris melihat tayangan televisi yang banyak memberitakan kasus kekerasan dan pelecehan pada anak. Kriminalitas yang dilakukan oleh orang sekitar, atau orang yang di kenal semakin membuat kita prihatin. Melihat itu semua, kita tak boleh tinggal diam. Kita juga mesti melakukan introspeksi diri, karena peristiwa peristiwa di atas bisa saja terjadi di lingkungan kita. 
     Sebaiknya di antara anggota keluarga, ditingkatkan sikap saling peduli. Orang tua harus lebih waspada memperhatikan tumbuh kembang anak. Anak anak juga mesti di beri pengertian tentang menjaga diri terhadap diri dan lingkungannya, sebab kita juga tak selamanya berada di sisi anak setiap hari.
Misalnya ketika anak berada di sekolah,  tentu peran orang tua sudah tergantikan oleh guru. Namun demikian guru juga tak bisa mengawasi satu persatu anak didiknya jika  seorang guru harus mengajar 25 sampai 30 anak dalam satu kelasnya. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan untuk membentuk karakter anak dalam menyikapi sosialisasi anak. Mengapa demikian? Anak anak tak hanya mempunyai kelebihan yang cemerlang tapi juga mempunyai kekurangan yang bisa menghambat pergaulannya. 
Lalu apa hubungannya dengan kekerasan anak? Kekerasan anak tak hanya menyangkut kekerasan fisik semata, tapi juga kekerasan psikologis. Kekerasan fisik bisa terlihat dari luka yang diterima, namun kekerasan psikologis tidak bisa langsung terlihat. Kekerasan pada anak juga tak hanya dilakukan oleh orang yang lebih tua terhadap anak, tapi banyak juga yang dilakukan oleh teman sekolahnya sendiri
Ya, anak anak kita yang masih kecil itu juga bisa melakukan tindak kekerasan terhadap temannya sendiri. Kekerasan  yang dilakukan bukan hanya memukul atau berkelahi. Mereka justru lebih sering sering mengejek dan menghina  temannya, karena temannya itu di anggap aneh atau mempunyai kekurangan. Entah karena bodoh, cacat fisik, beda kulit, beda materi dll. Seperti sifat anak anak yang polos, merekapun menyampaikan sesuatu kepada temannya yang diejek itu dengan kepolosannya juga.  Jadi jangan menganggap enteng tentang masalah ini. Sebab anak anak yang mendapat ejekan dari temannya ini, juga mengalami tekanan jiwa. Mereka merasakan sakit yang sangat dalam hingga menimbulkan stress. 

Anak yang tertekan secara psikologi akan terlihat dari sikapnya antara lain :
- penakut
- menarik diri dari lingkungannya dan menyendiri
- tidak mau terbuka karena merasa malu
- sulit menyampaikan pendapat
- murung dan tak bergairah saat di ajak bermain
- hilang kepercayaan dirinya karena merasa ada yang kurang dalam dirinya
- menjadi pribadi yang pesimis karena merasa tak bisa (jadi ia mudah menyerah)
- mudah marah/tersinggung dll

Ingin sekali menulis tentang kekerasan psikologis ini 

     Karena beberapa waktu lalu, tiba tiba Si Kecil bercerita tentang kesedihannya. Ia bilang  benci dengan pelajaran olah raga. Akupun bertanya,  "Kenapa?".
Jawabnya, "Setiap pelajaran olahraga aku selalu dimarahi teman temanku. Katanya aku tidak bisa lari."
Kembali aku bertanya, "Kenapa tidak bisa lari mesti dimarahi?"
Jawabnya lagi dengan wajah kesal, "Aku sering ketangkep, jadi aku dimarahi sama kelompokku. Teman teman juga tak mau memilihku saat bermain kelompok. Mereka takut kalah kalau memilihku."
      Sungguh, jawaban jujur yang kudengar dari bibirnya yang mungil itu, selain menggelikan juga membuatku prihatin. Menggelikan sebab bodynya yang gendut (meski tidak gendut sekali itu) memang membuatnya tak bisa berlari kencang.  Tapi aku pikir karena ini masalah anak,  tentu aku tak bisa menyalahkan temannya jika berkata demikian. Mereka mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. Yang bisa kulakukan selanjutnya adalah meningkatkan semangat dan rasa percaya dirinya. Untung Si kecil ini selalu bercerita tentang kejadian yang dialami selama di sekolah. Aku juga selalu menanyakan hal hal yang dikerjakan setiap harinya tentang kesibukannya tersebut.
     Pertama aku pancing tentang tindakannya menghadapi teman temannya itu. Katanya, "Tuhan memang tidak membuatku pandai berlari, kenapa kamu menyalahkan dan memarahi aku? Kenapa kamu marah pada temanmu sendiri? Apa kamu tidak pernah mendengarkan pelajaran dari ibu guru? Jika kamu terus marah marah, aku bahkan tidak akan lari." 
Surprise aku mendengar kata katanya yang panjang lebar. Cukup melegakan ia bisa membela dirinya dengan   ucapan yang menurutku lucu juga. Tak hanya membela diri ia juga menyadari kekurangannya. Sepulang sekolah kemarin ia sempat cerita lagi, bahwa ia kembali dimarahi oleh salah seorang temannya lagi, gara gara  kalah  saat bermain. Aku langsung tanya apa yang kamu lalukan? Ia bilang  menyuruh temannya yang marah itu untuk pergi jika tak suka bermain dengannya. Hihihi.....justru si kecil yang sekarang cari musuh...

     Dari kejadian di atas kiranya orang tua lebih memperhatikan sikap anaknya. Tak hanya mengatasi sikap anak yang mengalami kekerasan psikologi, tapi juga berperan dan mengarahkan agar anaknya juga  tidak melakukan kekerasan pada teman temannya. Bagi kita kata kata anak yang polos memang wajar, tapi jika hal itu ditujukan pada temannya dengan maksud untuk mengejek, tentu bukanlah sesutu yang bijaksana.

Tindakan yang mungkin bisa membuat anak berdamai dengan ejekan teman antara lain
- Memberi pengertian bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kekurangan dan kelebihannya
- Memberi pengertian tentang perbedaan  
- Selalu bertanya dan menyuruh anak bercerita tentang teman dan kegiatannya di sekolah setiap harinya
- Tidak langsung memarahi anak jika mereka melakukan kesalahan
- Berikan dengan tanda yang jelas tentang salah dan benar (mengenai perbuatan)
- Menyuruhnya tidak emosianal saat menghadapi teman yang mengejeknya
- Meminta pada guru jika ia tak mampu menyelesaikan masalah dengan temannya.
- Katakan pada anak  jika kita selalu menyayanginya meskipun ia punya kekurangan
- Sampaikan juga kelebihan yang mereka miliki dengan bijaksana, agar membuat mereka tidak tinggi hati
     Tentu masih banyak hal hal yang lainnya. Setiap orang tua pasti punya kiat kiat untuk menangani masalah ini. Harapannya hanya satu, jauhkan anak dari kekerasan baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan psikologi. Peran orang tua benar benar dituntut.




     
-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar