Mengenang Masa Kecil
Kita juga bisa menangis jika kita teringat akan kesedihan pada waktu itu, apalagi jika kita sedang mengisahkan hidup kita pada anak anak, saudara, bahkan teman yang mengalami kejadian itu bersama sama. Coba kita ingat beberapa kenangan masa kanak kanak kita dulu. Sepertinya banyak sekali. Mulai saat kita bermain, bertengkar, sekolah, hingga saat kita membantu orang tua. Kita jadi ingat bagaimana nakal dan bandelnya kita waktu itu.
Waktu yang menyenangkan ketika diri kita masih kecil adalah bermain.
Di tahun 75 sampai 80an, permainan saat itu masih sangat tradisional. Tak ada handphone, komputer. Hiburan mewah hanya televisi dan radio. Televisi juga hanya dimiliki oleh mereka yang kaya.
Aku ingat di desaku waktu itu hanya 2 orang yang punya televisi. Jadi jika mereka menyalakan Tv, orang sekampung pasti akan datang (hihihi...lucu).
Televisi jaman bahola (dulu), juga hanya punya satu saluran yaitu TVRI. TVRI akan mengudara hingga jam 12 malam jika weekend.
Biasanya pemutaran film Indonesia yang ceritanya mengharu biru. Acara televisi favorit ,
seperti Dunia Dalam Berita , Aneka Ria Safari, Film Seri Hunter, The A Team, Dynasti, Si Unyil, Aneka Ria Anak Anak asuhan Kak Seto dan Kak Henny,
acara menggambarnya pak Tino Sidin dll...Sementara untuk acara radio, kami dan teman sekolah SMP, pernah tergila gila mendengarkan cerita radio yang bercerita tentang Cerita Saur Sepuh.
Cerita tentang Brahma Kumbara, Mantili, Pangeran Samba dan Patih Gotawa, sempat membuat kami memacu kecepatan sepeda dengan kencang agar kami (yang waktu itu ada tambahan les di sekolah) bisa sampai rumah tepat jam 5 sore saat serial itu mengudara. (hahaha.. ..untung dulu jalanan masih sepi, tidak banyak kendaraan)
Kembali ke Permainan. Aku ingin menulis beberapa permainan yang sering kami lakukakan dulu.
Aku tulis dengan istilah Jawanya /basa njuwono, agar nostalgianya lebih terasa :D.
Tidak seperti sekarang, di mana anak anak kita lebih suka main game dan sibuk les les aneka macam, jaman dulu sepertinya kita masih banyak waktu luang untuk mengisi hari.
Kita juga kreatif mengekspresikan keinginan kita saat bermain.
Tak jarang kita membuat permainan kita sendiri, seperti boneka atau mobil mobilan dari tanah liat.
Permainan jaman dulu juga menuntut kita untuk mempunyai teman . Hal itu karena setiap permainan dilakukan secara bersama sama. Jadi kita tidak mempunyai sikap egois yang berlebihan. Bandingkan dengan anak sekarang, begitu diganggu adiknya saat ia asyik di depam komputer, bisa bisa ia langsung marah.
lumbungan / dakon
Menyenangkan bisa mengalami dan mengenal beberapa permainan ini, seperti :
Bemain ke sawah sekalian ngirim sego (mengirim nasi),
dolanan ning gubug karo nunggu pari (bermain digubug sambil menunggu padi),
adus blumbang (mandi di kali),
layangan (main layang layang),
membuat mercon bumbung (petasan dari bambu)
saat bulan Puasa,
Soja agar dapat wisit saat Lebaran (Berkunjung ke rumah orang orang agar dapat angpau),
nawu ning blumbang (mencari ikan saat air kali mulai mengering),
dolanan pasaran (main jual jualan),
nggawe kalung joli (membuat kalung dari tanaman joli. entah apa nama tanaman ini dalam bahasa Indonesia),
dolanan lempung (membuat mainan dari tanah liat),
nggawe tulup (semacam ketapel yang harus ditiup untuk menggunakannya.Terbuat dari bambu yang kecil. Cara menggunakan kita memasukkan gotri dari kertas atau buah bogem),
menek kersen (manjat pohon kersen untuk memakan buahnya yang manis),
nggudag layangan lembung (mengejar layang layang putus),
tuku glali (membeli gulali semacam permen dari gula merah. Biasanya pedagang glali berjualan kalau ada panen padi),
lumbungan (dakon),
delikan (petak umpet),
setinan (main kelereng),
udan udan (main hujan),
simbar (main hitungan angka dengan menggunakan biji sawo kecik atau biji buah srikaya. Bermainnya dengan menggunakan tangan),
yeye (bermain dengan cara melompati tali yang terbuat dari susunan karet gelang),
main tampar (lompat tali yang diputar),
benthik (bermaing dengan menggunakan dua potongan kayu yang ukurannya beda. Sepotong kayu dimasukkan dalam tanah lalu dipukul dengan potongan kayu yang lain. Setelah terlempar kita bisa menghitung jarak dengan menggunakan ukuran kayu kita). Terus apa lagi ya....?
Oh ya, Sigarmanda (mainan dengan menggunakan gambar yang bagian atasnya seperti gunung, terus kalau kita sudah melewati semua kita akan mendapat bintang dan lawan kita harus meloncati bintang kita).
Lalu ada juga cublak cublak suweng, ntul ntul belukan, burselebur ( permainan ini harus dinyanyikan bersama sama),
bedhekan/cangkriman (main tebak tebakan),
dan gobag sodor. Sepertinya masih ada yang kurang. Maklum sudah banyak yang lupa.
Satu lagi, dulu kami juga suka ndeleng wayang kulit (nonton wayang kulit) sebab di desa nenekku sering ada tanggapan wayang yang acaranya dilakukan pada siang hari. Jadi kami ikut berdesak desakan bersama teman kami untuk menikmati cerita Para Pandawa.
Aku masih ingat, dulu ibu tak akan memberi ijin bermain, sebelum aku dan kakak menyelesaikan pekerjaan rumah. Tugasku waktu itu, menyapu jogan (lantai) dan latar (halaman). Selain itu makani pitik (memberi makan ayam) dan ngasu/ngangsu banyu (mengambil air di sumur).
Karena Juwana daerah panas, maka jika musim kemarau keluarga kami dan para tetangga yang tinggal di sawahan (bertanah lempung/liat ) harus mencari air sampai ke kampung (bertanah pasir). Tanah sawahan yang lempung biasanya juga penthong/plenthong (becek) jika musim hujan tapi akan nelo (tanah pecah pecah) jika kemarau. Kami berjalan cukup jauh sambil mengangkat klenting/jun (wadah air dari tanah liat yang berbentuk bundar) di pinggang. Agar tidak jatuh kami mengikatnya dengan selendang. Makanya orang orang jaman dulu mempunyai tenaga yang rosa (kuat) dan sekti.(sakti)....hehehe..... (kayak Yu Shin Rang dalam drama seri Korea Deokman, yang kuat karena mukuli batu terus :D)
Selain pekerjaan rumah, ada juga tambahan pekerjaan yang tidak setiap hari kita lakukan, seperti : mepe rebon (mengeringkan rebon untuk dibuat trasi. Rebon adalah udang yang sangat kecil, merupakan bahan untuk membuat trasi), mepe kayu (biasanya kami memotong pohon lamtoro lalu kayunya kita keringkan untuk kayu bakar. Waktu itu kompor minyak tanah masih barang mewah), mepe pari (mengeringkan padi yang masih untaian). Jaman dulu panen padi dilakukan dengan menggunakan ani ani, jadi hasil panen yang dibawa pulang berupa untaian padi yang diikat dan digendong oleh orang yang derep (orang yang membantu memanen padi)
Itulah sebagian cerita dari dunia masa kecil kita yang penuh warna.
dolanan ning gubug karo nunggu pari (bermain digubug sambil menunggu padi),
adus blumbang (mandi di kali),
layangan (main layang layang),
membuat mercon bumbung (petasan dari bambu)
saat bulan Puasa,
Soja agar dapat wisit saat Lebaran (Berkunjung ke rumah orang orang agar dapat angpau),
nawu ning blumbang (mencari ikan saat air kali mulai mengering),
dolanan pasaran (main jual jualan),
nggawe kalung joli (membuat kalung dari tanaman joli. entah apa nama tanaman ini dalam bahasa Indonesia),
dolanan lempung (membuat mainan dari tanah liat),
nggawe tulup (semacam ketapel yang harus ditiup untuk menggunakannya.Terbuat dari bambu yang kecil. Cara menggunakan kita memasukkan gotri dari kertas atau buah bogem),
menek kersen (manjat pohon kersen untuk memakan buahnya yang manis),
nggudag layangan lembung (mengejar layang layang putus),
tuku glali (membeli gulali semacam permen dari gula merah. Biasanya pedagang glali berjualan kalau ada panen padi),
lumbungan (dakon),
delikan (petak umpet),
setinan (main kelereng),
udan udan (main hujan),
simbar (main hitungan angka dengan menggunakan biji sawo kecik atau biji buah srikaya. Bermainnya dengan menggunakan tangan),
yeye (bermain dengan cara melompati tali yang terbuat dari susunan karet gelang),
main tampar (lompat tali yang diputar),
benthik (bermaing dengan menggunakan dua potongan kayu yang ukurannya beda. Sepotong kayu dimasukkan dalam tanah lalu dipukul dengan potongan kayu yang lain. Setelah terlempar kita bisa menghitung jarak dengan menggunakan ukuran kayu kita). Terus apa lagi ya....?
Oh ya, Sigarmanda (mainan dengan menggunakan gambar yang bagian atasnya seperti gunung, terus kalau kita sudah melewati semua kita akan mendapat bintang dan lawan kita harus meloncati bintang kita).
Lalu ada juga cublak cublak suweng, ntul ntul belukan, burselebur ( permainan ini harus dinyanyikan bersama sama),
bedhekan/cangkriman (main tebak tebakan),
dan gobag sodor. Sepertinya masih ada yang kurang. Maklum sudah banyak yang lupa.
Satu lagi, dulu kami juga suka ndeleng wayang kulit (nonton wayang kulit) sebab di desa nenekku sering ada tanggapan wayang yang acaranya dilakukan pada siang hari. Jadi kami ikut berdesak desakan bersama teman kami untuk menikmati cerita Para Pandawa.
Aku masih ingat, dulu ibu tak akan memberi ijin bermain, sebelum aku dan kakak menyelesaikan pekerjaan rumah. Tugasku waktu itu, menyapu jogan (lantai) dan latar (halaman). Selain itu makani pitik (memberi makan ayam) dan ngasu/ngangsu banyu (mengambil air di sumur).
Karena Juwana daerah panas, maka jika musim kemarau keluarga kami dan para tetangga yang tinggal di sawahan (bertanah lempung/liat ) harus mencari air sampai ke kampung (bertanah pasir). Tanah sawahan yang lempung biasanya juga penthong/plenthong (becek) jika musim hujan tapi akan nelo (tanah pecah pecah) jika kemarau. Kami berjalan cukup jauh sambil mengangkat klenting/jun (wadah air dari tanah liat yang berbentuk bundar) di pinggang. Agar tidak jatuh kami mengikatnya dengan selendang. Makanya orang orang jaman dulu mempunyai tenaga yang rosa (kuat) dan sekti.(sakti)....hehehe..... (kayak Yu Shin Rang dalam drama seri Korea Deokman, yang kuat karena mukuli batu terus :D)
Selain pekerjaan rumah, ada juga tambahan pekerjaan yang tidak setiap hari kita lakukan, seperti : mepe rebon (mengeringkan rebon untuk dibuat trasi. Rebon adalah udang yang sangat kecil, merupakan bahan untuk membuat trasi), mepe kayu (biasanya kami memotong pohon lamtoro lalu kayunya kita keringkan untuk kayu bakar. Waktu itu kompor minyak tanah masih barang mewah), mepe pari (mengeringkan padi yang masih untaian). Jaman dulu panen padi dilakukan dengan menggunakan ani ani, jadi hasil panen yang dibawa pulang berupa untaian padi yang diikat dan digendong oleh orang yang derep (orang yang membantu memanen padi)
Itulah sebagian cerita dari dunia masa kecil kita yang penuh warna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar