Kamis, 06 Desember 2012
PUISI CATATAN HARIANKU
CEMAS
Kehidupan saat ini begitu menakutkan.
Setiap saat dan setiap waktu......
Di setiap tempat dan setiap hari.......
Selalu ada kejadian pilu.
Derita manusia seolah tak pernah mau berhenti.
Pupus yang satu tumbuh berpuluh.
Tak cuma bencana, kejahatan dan dendam bagai setan setan yang tersembunyi dan bergentayangan.
Begitu mudahnya manusia saling merendahkan, bermusuhan dan menghinakan.
Persaingan memperebutkan kekuasaannya menjadi tontonan yang beraroma kebohongan.
Satu dua nyawa menjadi tumbal dalam zaman yang sia sia.
Ceceran darah, tumpah bagai mata air anak bangsa.
Setiap ucapan yang terlontar bagai sengatan yang menyerukan telinga, lalu menghasut wajah wajah yang berputus asa.
Nurani telah tergadaikan, Oleh rasa bisa, oleh rasa cepat, oleh rasa kaya.
Kaki tiada arah menabrak dan menginjak ketakberdayaan.
Sekat sekat yang menjaga batas asa diterjang dengan teriakan kebebasan , seolah dirinyalah yang terjepit.
Di sisi lain mereka lupa, telah membungkam kemerdekaan banyak orang.
Sejengkal kaki melangkah, terbabat oleh hukum gadungan.
Keadilan hanya untuk segelintir orang hina yang mencari martabat.
Buah atas kerakusan manusia atas uang yang mereka sembah.
Membeli keduniawian untuk sikap sikap beringas.
Dunia menjadi hitam dan kelam.
Neraka menyusup membentuk warna darah kematian.
Menyatukan visi dalam percampuran dosa.
Menggugat ketentraman rumah dan jalanan doa.
Memecah kekhusyukan dan kesyahduan peribadatan, dan menggantikan celah celah peradaban dengan mesiu kehancuran
Tak ada rasa tenang, sekedar untuk tidur malam.
Tak ada rasa tentram , sekedar berhenti untuk mencari keselamatan.
Dari ujung ke ujung Benua manusia terkapar menanti ketidakpastian.
Di sepanjang deru kehidupan, luapan ke-egoan Bagai waktu yang siap mencengkeram
Pria Wanita telanjang menapaki dosa terkutuk.
Mencipta cinta aneka rupa. Meniadakan hukum tatakrama , membentuk pemujaan yang terlarang.
Mencipta tubuh binal berbalut seni yang tanpa batas.
Tak ada batas jelas tentang halal dan haram.
Manusia lebih memilih berpedoman hidup dengan logikanya sendiri.
Mengutuk kesucian Ilahi yang mereka khianati.
Dalam hati mereka bahkan menertawakan keAgunganNYa.
Satu persatu Kuasa telah diperlihatkan namun manusia tak juga berbenah.
Mereka masih menantang bahkan melahirkan ..penghancur zaman...
Inilah kecemasan yang berawal namun tak berakhir.
Ketakutan, keresahan, menghuni jiwa jiwa yang kosong.
Padma menggenggam kasihnya untuk tak berperang.
Wanita wanita baya memeluk erat para Kusuma, untuk tak jatuh dalam kebiadaban.
Namun semua usaha tak berarti karena jalan surga tak mampu ditebus dengan dosa.
Berpeluh keringat membasahi daratan dunia.
Menggerus kedamaian di lembah lembah teduh.
Mengaburkan pandangan hati yang telah beranjau.
Merobohkan kiblat ketenangan dengan akar akar melilit yang menghisap.
Menebarkan kegersangan di sudut sudut kealpaan.
Semua bersatu dalam keangkaramurkaan.
Saatnya berbalik dalam kebaikan.....
ah sayang.....
Yang tergambar hanya fatamorgana, halusinasi, bayangan kelam .....dan....
Hilangnya kearifan......
WANITA SEDERHANA ITU
Aku mengenalnya sebagai wanita yang tabah.
Hidupnya sungguh luar biasa.
Ada banyak cobaan hidup yang telah Ia lewati, namun tak pernah sedikitpun dirinya berkeluh kesah.
Ia telah menjadi inspirasiku. kesedehanaannya, pemikirannya, cara hidupnya...mengandung kebaikan.
Ia bahkan bisa berbahagia dengan sedikit yang Ia miliki. tanpa banyak tuntutan atau permintaan,
Ia mampu berdiri. Ia jalani hidup ini dengan apa adanya.
"Tuhan telah menciptakan aku begini, dan aku amat bersyukur...
Tuhan memberiku hidup sampai saat ini.
Aku menerima takdir ini secara ikhlas.
Aku tak ingin berubah menjadi orang lain atau berkhayal, menjadi ....andai aku ...andai aku..
Karena berubah menjadi siapapun pasti begini juga kehidupanku, seperti ini, seperti sekarang" ucapnya
bijak, lalu berujar lagi
"Inilah rahasia kebahagiaanku.
Jika orang mengira hidupku menderita karena melihat dari kacamata materi, memang dejmikianlah adanya.
Tapi dari sinilah , aku menjadi orang yang mudah bersyukur
Karena ternyata kami tidak mati kelaparan, karena kekurangan.
Justru dalam kekurangan ini, tumbuh sebuah semangat agar aku mampu untuk bekerja lebih keras dan terus berusaha tanpa pantang menyerah.
Jika semua itu sudah aku lakukan dan kemudian aku tahu hasilnya meski tak berlebihan,
Toh aku masih bisa tertawa, mampu tersenyum lega.
Mengapa pula kami masih merasa tidak bahagia?
Sejujurnya kami sangat bahagia.
Aku rela, ikhlas, hidupku kulalui dengan kerja keras banting tulang, seperti yang lainnya juga begitu.
Jadi aku tidak sendiri.Kalau demi hidup keluarga dan anak anakku kenapa tidak?"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar